Senin, 29 November 2010

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI SD BETHANY SALATIGA Diajukan kepada Bapak Slameto Untuk Memenuhi Tugas Observasi Mata Kuliah Managemen Berbasis Sekolah

EFEKTIVITAS IMPLEMENTASI MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH
DALAM MENINGKATKAN MUTU PENDIDIKAN DI
SD BETHANY SALATIGA
Diajukan kepada Bapak Slameto
Untuk Memenuhi Tugas Observasi Mata Kuliah Managemen Berbasis Sekolah


Disusun oleh:
Javid Nama Ayu Laksmi                                 (292008134)
Ardiani Widya Anggraeni              (292008508)
Puji Yatmoko                                     (292008512)
Ardi Bangkit Purwoko                    (292008524)
Ratna Fitriani                                      (292008534)
Dita Ariyanti                                       (292008543)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2010

KATA PENGANTAR
Segala puji penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas terselesaikannya makalah yang berjudul “Efektivitas Implementasi Managemen Berbasis Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan di SD Bethany Salatiga”.
Selesainya makalah ini tak lepas dari bantuan semua pihak dalam memberikan informasi dalam makalah ini dan memberikan jalan keluar dalam mengatasi kesulitan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1.        Orang tua kami penulis yang lewat keduanya penulis mendapatkan kesempatan, kasih sayang, dan doa, juga dukungan moral dan materi sehingga penulis berkesempatan mendapat pendidikan dan menyelesaikan makalah ini.
2.       Prof. Dr. Slameto S.Pd, dosen mata kuliah managemen berbasis sekolah yang telah memberikan materi tentang managemen berbasis sekolah.
3.       Bapak Prasetyandaru, kepala sekolah SD Bethany Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan observasi, juga memberikan informasi dan inspirasi pada penulis.
Penulis berharap makalah ini dapat berguna dan dapat menginspirasi para pembaca. Penulis sadar bahwa makalah ini tak lepas dari berbagai kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca untuk perbaikan makalah ini.

Salatiga, 26 November 2010


Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab I Pendahuluan
A.      Latar Belakang Masalah
B.      Rumusan Masalah
C.      Tujuan
Bab II Isi
A.      Kajian Teori
B.      Identitas Sekolah
Bab III Penutup
A.      Kesimpulan
B.      Saran


BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang Masalah
Mutu pendidikan di Indonesia sudah memprihatinkan, hal itu ditandai dengan kurangnya prestasi akademik, kurangnya kreativitas, serta kemandirian siswa. Selain itu, relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat semakin dipertanyakan dan menyebabkan masyarakat pesimis terhadap sekolah.
Dengan adanya perubahan sistem pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi atau otonomi daerah (semoga bukan hanya karena kelatahan pemerintah) dan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan dan penyesuaian relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, pemerintah menerapkan sistem pengelolaan sekolah yang baru yang dinamakan managemen berbasis sekolah (MBS).
MBS dan pilar-pilarnya dipandang dapat menjadi solusi untuk masalah pendidikan di atas. Dalam MBS sekolah diberi kewenangan untuk mengelola sekolahannya sendiri, sehingga tiap sekolah dituntut untuk dapat membuat program-programnya sendiri untuk mengatasi masalah yang ada pada sekolah tersebut. Di dalam MBS juga menerapkan prinsip pakem (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menarik) sehingga siswa diharap dapat lebih kreatif dan mandiri dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan prestasi akademik mereka. Pilar MBS yang ketiga adalah peran serta masyarakat (PSM) dalam perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, dan evaluasi program pendidikan. Diharapkan dengan PSM, dapat meningkatkan relevansi pendidikan dengan kebutuhan masyarakat, selain itu, masyarakat dapat membantu pelaksanaan program yang mereka rencanakan sendiri, kemudian melakukan pengawasan dan evaluasi sendiri.
Dengan semua nilai positif yang terkandung dalam MBS, MBS diharapkan mampu menyelesaikan dengan baik masalah-masalah pendidikan di Indonesia dan diharapkan dapat meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia bila dapat di implementasikan dengan baik di tiap sekolah.
Pelaksanaan model pengelolaan sekolah MBS sebenarnya bukan hal yang baru lagi. Sebelum penamaan dan pelaksanaan MBS di sekolah-sekolah negeri, sistem pengelolaan sekolah tersebut sudah lama diterapkan di sekolah-sekolah swasta sehingga mereka terlihat sudah terbiasa dan tidak terbata-bata dalam melaksanakan managemen berbasis sekolah.
Dengan alasan ini, penulis sengaja memilih SD Bethany, sebagai salah satu model SD swasta untuk melihat bagaimana implementasi MBS di SD tersebut dan sejauh mana keefektifan implementasi MBS di SD Bethany dalam meningkatkan mutu pendidikan di dalamnya (dalam hal ini yaitu prestasi akademik, kreativitas dan kemandirian peserta didik).

B.      Rumusan Masalah
  1. Sejauh mana kebebasan yang diberikan pemerintah dalam mengelola sekolahnya sendiri di SD Bethany?
  2. Bagaimana implementasi MBS di SD Bethany?
  3. Bagaimana pengelolaan sekolah di SD Bethany?
  4. Bagaimana penerapan PAKEM di SD Bethany?
  5. Bagaimana bentuk peran serta masyarakat pada umumnya dan orang tua murid pada khususnya di SD Bethany?
  6. Apakah indikator mutu pendidikan (prestasi akademik, kreativitas, dan kemandirian siswa) sudah meningkat?

C.      Tujuan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk:
  1. Mengetahui bentuk-bentuk implementasi MBS di SD Bethany.
  2. Mengetahui sejauh mana kebebasan yang diberikan pemerintah dalam mengelola sekolahnya sendiri di SD Bethany.
  3. Mengetahui pengelolaan sekolah di SD Bethany.
  4. Mengetahui penerapan PAKEM di SD Bethany.
  5. Mengetahui bentuk-bentuk peran serta masyarakat pada umumnya dan orang tua murid pada khususnya di SD Bethany.
  6. Mengetahui sejauh mana keefektifan implementasi MBS di SD Bethany dengan melihat dalam peningkatan mutu pendidikan dengan melihat indikator mutu pendidikan (prestasi, kreativitas, dan kemandirian siswa).
BAB II
ISI
A.      Kajian teori
Istilah Manajemen berbasis Sekolah merupakan terjemahan dari School Based Management. Istilah ini pertama kali muncul di Amerika Serikat ketika masyarakat mulai mempertanyakan relevansi pendidikan dengan tuntutan dan perkembangan masyarakat setempat. MBS merupakan sebuah strategi untuk memajukan pendidikan dengan mentransfer keputusan penting memberikan otoritas dari negara dan pemerintah daerah kepada individu pelaksana di sekolah. MBS menyediakan kepala sekolah, guru, siswa, dan orang tua kontrol yang sangat besar dalam proses pendidikan dengan member mereka tanggung jawab untuk memutuskan anggaran, personil, serta kurikulum.
MBS mempunyai 3 pilar utama:
a.       Pengelolaan sekolah
b.      Peran serta masyarakat (PSM)
c.       Pendidikan aktif, kreatif, efektif, dan menarik (PAKEM)
MBS memiliki karakteristik sebagai berikut:
a.       Adanya otonomi yang luas kepada sekolah
b.      Adanya partisipasi masyarakat dan orang tua siswa yang tinggi
c.       Kepemimpinan sekolah yang demokratis dan profesional
d.      Adanya team work yang tinggi, dinamis dan profesional
Secara umum dapat disimpulkan bahwa implementasi MBS akan behasil melalui strategi-strategi berikut ini:
Pertama, sekolah harus memiliki otonomi terhadap empat hal, yaitu dimilikinya otonomi dalam kekuasaan dan kewenangan, pengembangan pengetahuan dan keterampilan secara berkesinambungan, akses informasi ke segala bagian dan pemberian penghargaan kepada setiap pihak yang berhasil.
Kedua, adanya peran serta masyarakat secara aktif, dalam hal pembiayaan, proses pengambilan keputusan terhadap kurikulum. Sekolah harus lebih banyak mengajak lingkungan dalam mengelola sekolah karena bagaimanapun sekolah adalah bagian dari masyarakat luas.
Ketiga, kepala sekolah harus menjadi sumber inspirasi atas pembangunan dan pengembangan sekolah secara umum. Kepala sekolah dalam MBS berperan sebagai designer, motivator, fasilitator. Bagaimanapun kepala sekolah adalah pimpinan yang memiliki kekuatan untuk itu. Oleh karena itu, pengangkatan kepala sekolah harus didasarkan atas kemampuan manajerial dan kepemimpinan dan bukan lagi didasarkan atas jenjang kepangkatan.
Keempat, adanya proses pengambilan keputusan yang demokratis dalam kehidupan dewan sekolah yang aktif. Dalam pengambilan keputusan kepala sekolah harus mengembangkan iklim demokratis dan memperhatikan aspirasi dari bawah. Konsumen yang harus dilayani kepala sekolah adalah murid dan orang tuanya, masyarakat dan para guru. Kepala sekolah jangan selalu menengok ke atas sehingga hanya menyenangkan pimpinannya namun mengorbankan masyarakat pendidikan yang utama.
Kelima, semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara bersungguh-sungguh. Untuk bisa memahami peran dan tanggung jawabnya masing-masing harus ada sosialisasi terhadap konsep MBS itu sendiri. Siapa kebagian peran apa dan melakukan apa, sampai batas-batas nyata perlu dijelaskan secara nyata.
Keenam, adanya guidelines dari departemen pendidikan terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan di sekolah secara efisien dan efektif. Guidelines itu jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu sekolah. Artinya, tidak perlu lagi petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis dalam pelaksanaan MBS, yang diperlukan adalah rambu-rambu yang membimbing.
Ketujuh, sekolah harus memiliki transparansi dan akuntabilitas yang minimal diwujudkan dalam laporan pertanggungjawabannya setiap tahunnya. Akuntabilitas sebagai bentuk pertanggungjawaban sekolah terhadap semua stakeholder. Untuk itu, sekolah harus dijalankan secara transparan, demokratis, dan terbuka terhadap segala bidang yang dijalankan dan kepada setiap pihak terkait.
Kedelapan, penerapan MBS harus diarahkan untuk pencapaian kinerja sekolah dan lebih khusus lagi adalah meningkatkan pencapaian belajar siswa. Perlu dikemukakan lagi bahwa MBS tidak bisa langsung meningkatkan kinerja belajar siswa namun berpotensi untuk itu. Oleh karena itu, usaha MBS harus lebih terfokus pada pencapaian prestasi belajar siswa.
Kesembilan, implementasi diawali dengan sosialsasi dari konsep MBS, identifikasi peran masing-masing pembangunan kelembagaan capacity building mengadakan pelatihan pelatihan terhadap peran barunya, implementasi pada proses pembelajaran, evaluasi atas pelaksanaan dilapangan dan dilakukan perbaikan-perbaikan.
Bagi sekolah yang sudah beroperasi paling tidak ada 6 (enam) langkah, yaitu :
1)       Evaluasi diri self assessment;
2)      Perumusan visi, misi, dan tujuan;
3)      Perencanaan;
4)      Pelaksanaan;
5)      Evaluasi; dan
6)      Pelaporan

B.      Identitas Sekolah
Nama SD                      : Bethany School
Kepala sekolah          : Prasetyandaru Pirenantyo, S.Pd.,M.Si.
Alamat sekolah         : Jl. Kalipengging 4A Salatiga
Yayasan                        : Yayasan Anak Terang Indonesia
Didirikan pada           : 2006
-          Visi
Membangun karakter anak menjadi terang & garam dunia, dimana mereka memiliki dasar yang benar sejak dari masa kanak-kanak.Bottom of Form
-          Misi Bottom of FormTop of Form
-          Meletakkan dasar kekristenan yang kuat dalam diri anak sebagai landasan pertumbuhan dan perkembangan masa depannya.
-          Membantu anak dalam bersikap sesuai dengan etika Kristen.
-          Membantu mengembangkan sikap, pengetahuan, kemampuan dan kreativitas yang diperlukan untuk beradaptasi dengan lingkungan dan untuk pertumbuhan di masa depan.
-          Turut serta membantu masyarakat dan pemerintah dalam bidang pendidikan kanak-kanak.
-          Keunggulan Bottom of FormTop of Form
1)       Personal Care
Guru tidak hanya berperan sebagai pendidik, tetapi juga pemerhati dan pembimbing anak, sehingga tidak hanya mengenal anak, tetapi menyelami kehidupan mereka dan memonitor pertumbuhan anak setiap saat.
2)      Bukan Learning ‘About’ Tapi Learning ‘To Be’
Anak cerdas bukan yang bisa menjawab pertanyaan saja, tapi yang bisa membuat pertanyaan. Bahasa Inggris bukan hanya sebagai bahasa pengantar dalam mengajar, tetapi menjadi habit dan bahasa pergaulan di luar kelas. Teknologi bukan hanya dipelajari sebagai pengetahuan, tapi diarahkan pada “Technology User.”
3)      Menumbuhkan Inter-Personal Anak
Anak bukan sebagai objek, tetapi subjek. Guru bukan sebagai sumber ilmu, tetapi teman belajar anak.

C.      Implementasi MBS di SD Bethany
a.       Kebebasan yang diberikan pemerintah
Pemerintah membebaskan sekolah-sekolah di Indonesia untuk melakukan pemilihan kurikulum sesuai dengan keperluan sekolah masing-masing. SD Bethany memilih kurikulum dari Singapura dan mengadaptasinya sesuai kebutuhan sekolah . SD Bethany menggunakan kurikulum dari Singapura karena letaknya yang cukup dekat sehingga memudahkan sekolah untuk melakukan konsultasi dengan pembuat kurikulum dan memudahkan untuk mencari buku-buku sumber yang diperlukan. Selain itu kurikulum Singapura dianggap lebih pas dengan SDM siswa yang ada di Indonesia dan Singapura merupakan peringkat tertinggi di Asia Tenggara bila dibandingkan dengan negara yang lain.
Untuk penerapan ujian nasional belum dapat dilaksanakan karena di SD Bethany belum ada kelas 6. Kelas yang tertinggi masih kelas 4. Tapi SD Bethany tetap mengupayakan untuk membantu anak-anak agar tetap bisa mengikuti kurikulum standar nasional dengan cara mengambil dan mengujikan soal-soal yang berstandar nasional kepada anak-anak.
b.      Pengelolaan sekolah











Top of Form
Bottom of Form
Bottom of Form
                                                                                                                                          

Top of Form
Bottom of Form

c.       Peran serta masyarakat
Sekolah ini melibatkan masyarakat sekitar untuk berpartisipasi sebagai komite di sekolah. Mayarakat yang kami maksud adalah orang tua, tokoh masyarakat dan pendeta dari gereja yayasan.
d.      PAKEM (pembelajaran aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan)
SD Bethany menerapkan pendekatan pembelajaran aktif di SD Bethany siswa juga dituntut untuk dapat belajar secara mandiri, dan kreatif, dengan menyediakan tempat belajar mandiri. Di sana para siswa dapat bermain sambil belajar, sehingga pembelajaran terasa menyenangkan.
Di SD Bethany bukan menekankan pada learning ‘about’ tapi learning ‘to be’, anak cerdas bukan yang bisa menjawab pertanyaan saja, tapi yang bias membuat pertanyaan. Jadi peserta didik tidak hanya disuapi bahan ajar, tapi juga diajarkan untuk dapat mengembangkan, mencari, bertanya, dan belajar secara aktif, kreatif, dan lebih efektif. Teknologi bukan hanya dipelajari sebagai pengetahuan, tapi diarahkan pada “technology user” sehingga manfaat belajar di kehidupan sehari-hari lebih efektif.
D.      Efektivitas MBS di SD Bethany Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan
a.       Prestasi Siswa
Siswa SD Bethany memiliki kelebihan dalam kemampuan bahasa Inggris karena begitu memasuki area sekolah setiap orang diwajibkan untuk menggunakan bahasa Inggris. Semua materi pelajaran dan percakapan pun diwajibkan menggunakan bahasa Inggris.
b.      Kreativitas dan Kemandirian Siswa
Semenjak kelas rendah siswa SD Bethany sudah dilatih untuk mandiri. Salah satu contohnya adalah siswa dilatih untuk makan sendiri tanpa disuapi/dibantu orang lain walaupun masih berantakan. Setiap siswa memiliki laptop pribadi, untuk materi pelajaran siswa hanya diberi topik oleh guru dan siswa bebas untuk mencari sumber bahan belajar masing-masing. Bila ada yang tidak dimengerti baru mereka menanyakannya pada guru mereka.

BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari uraian tersebut dapat kita simpulkan bahwa sistem MBS memiliki kelemahan dan kelebihan. Berhasilnya sistem MBS di suatu sekolah bergantung pada sekolah itu sendiri, bagaimana sekolah tersebut dapat mengembangkan dan mengoptimalkan sistem MBS tersebut.
Demikian halnya di SD Bethany. Kepala sekolah beserta guru bersama-sama mengembangkan sistem MBS sesuai dengan karakter SD Bethany agar dapat mencapai visi misi mereka sehingga SD Bethany dapat mengoptimalkan keunggulan mereka.

B.      Saran
-          Guru: selain unggul dalam akademik, semua guru juga harus unggul dalam kepribadiannya, dalam arti guru dapat dijadikan sebagai teladan oleh anak didiknya.
-          Sekolah: sebelum menerapkan MBS sekolah harus benar-benar memahami MBS agar menciptakan sistem yang tidak tanggung-tanggung. Sekolah harus menyediakan fasilitas yang dibutuhkan oleh siswa sesuai dengan MBS yang diterapkan. Sebaiknya selain menggunakan buku elektronik, sekolah juga menyediakan buku dalam bentuk fisiknya di perpustakaan.
-          Masyarakat: masyarakat diharapkan lebih kooperatif/mendukung langkah-langkah sekolah untuk memajukan sekolah demi kepentingan bersama.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar